Pages

Asal mula padi Menurut orang Dayak Benuaq - Tonyoi di Kutai Barat

Wednesday, August 27, 2014

Takkala kisah ini bermula, Kilip Taman Tauq Umaaq Doyai Lekatn Panei sedang turun ke bumi, singgah di Tanyukng Lahukng Jawaaq Solai, Uwetn Tonekng Ngokoi Owoy,MempeetnPaliq Kutaq Kediq berjumpa Amaaq Aji Tetua Adat di situ, dan menyaksikan kehidupan manusia dalam keadaan kelaparan, sebab persediaan padi sudah mulai habis.Kilip iba hati. Ia berjanji mencari bantuan, walau sebenarnyaia tidak tahu bagaimana caranya  membantu manusia yang kelaparan. Lalu Kilip berjalan menuju danauRiokng Olo mencari ilham seraya memancing ikan. Tiba-tibaia mendengar suara gemerisik di pohonBeringin, “Anakku, jangan kalian ribut,tak tahukah kalian, manusia akan mati kelaparan!”, begitulah suara yang didengar Kilip.Ternyata pohon Beringin itu dihuni Kuyakng(mahluk halus perempuan), beserta anak-anaknya. Seketika itu Kilip bangkit dan mencabut bulu meweer olo sejenismandau, lalu diancamnya Kuyakng, “Kalau kau tak mau menerangkan bagaimana agar mereka tidak mati kelaparan, akan kutebang pohon ini!”. Maka ketakutanlah Kuyakng.Lalu Kuyakng memberi petunjuk agar Kilip menemui Tamparo Nondo Embo Lalukng Anikng Singkor Olo, dan Kilip diharuskan membawa antang serta tujuh bambu tanpa ruas yang ditaruh di Kererekng UsakngTempelaaqNahaaq (kotak tempat menyimpan tulang belulang manusia, yang berukir dan bertiang). Seketika itu pula Kilip menemui Tamparo Nondo Embo untuk mengantar sesaji.Sejurus kemudian,ia mendengar suara gaib, “aku tahu maksudmu, menolong manusia agar memperoleh padi. Datang saja ke Beritutn Tautn di Bawo Langit, disana tinggal Luikng Ayakng anak Beritutn Tautn, Uruslah segala sesuatu dengan mereka!”.

Tanpa pikir panjang, Kilip pergi ke Bawo Langit. Setelah kedua mahluk gaib itu berunding terjadilah kata sepakat, Beritutn Tautn akan membagikan padi miliknya kepada manusia dengan syarat, menukar padi dengan barang-barang seperti antang, gong, piring, tempayan, dll. Bila manusia memberikan sebuah gong, maka padi yang diperoleh sebanyak isi gong. Bila memberikan tempayan, sebanyak isi tempayan itu pula padi yang akan diterima.Maka tukar menukar dilakukan dan dalam sekejap Beritutn Tautnmenjadi kaya raya, sehingga manusia memberinya gelar Sookng Tatau atau Lelaki tua kaya raya. Hingga suatu saat, Amaaq Aji serta warga Tanyukng Lahukng Jawaaq Solai, Uwetn Tonekng Ngokoi Owoy,MempeetnPaliq Kutaq Kediq kehabisan barang-barang dan harta benda. Maka munculah persoalan, bagaimana mendapatkan padi selanjutnya.

Mengetahui kesulitan yang dialami manusia, Kilip kembali turun ke bumi menolong manusia dari bahaya kelaparan. Seperti semula, Kilip pergi kedanauRiokng Olo. Kejadian yang dulu kembali terulang. Setelah diancam, Kuyakng memberi petunjuk, hanya Kilip yang dapat menolong manusia dari bahaya kelaparan. Maka Kilip disuruh pergi ke Kererekng Usakng Tempelaaq Nahaaq lagi.Sesampai ditempat yang dituju, Kilip mendengar suara gaib, “Jalan satu-satunya mengatasi kelaparan yang menimpa manusia adalah segera menebas, menebang, membakar dan membersihkan tanah di Lingau!”. Lingau adalah merupakan penyebutan suatu tempat, dimana tanahnya subur. Lalu suara gaib itu menyuruh Kilip mengundang algojo kejam bernama Sookng Peteh Tamen Jueh, Tokah Tamen Tohokng, turun ke bumi. Dewa algojo itu diharuskan menunggui tanah ladang yang sudah selesai dikerjakan, dan selama menunggu ia bersembunyi di bawah daun samber.Kemudian Kilip disuruh membawa Luikng Ayakng turun ke bumi. Nanti, sesampai Luikng Ayakng di Lingau, Peteh Tamen Jueh membunuhnya dan darah Luikng Ayakng akan berubah menjadi padi. Seusai mendapat petunjuk dari suara gaib, Kilip pergi ke Tanyukng Lahukng Jawaaq Solai, Uwetn Tonekng Ngokoi Owoy, MempeetnPaliq Kutaq Kediq, disuruhnya manusia membersihkan tanah di Lingau. Sesudah itu Kilip pergi ke Bawo Langit. Di langit simpang Delapan ditemuinya Peteh Tamen Jueh, Tokah Tamen Tohokng, disuruhnyaia turun  ke Lingau.


Lalu Kilip menemui Beritutn Tautndan memberi kabar bahwa manusia di Lingau akan mengadakan upacara penghormatan untuk Luikng Ayakng. Maka Kilip minta izin agar diperbolehkan membawa Luikng Ayakng turun ke bumi. Beritutn Tautndan Diakng Serunai istrinya, tidak keberatan, demikian juga Luikng Ayakng. Takkala Luikng Ayakng bersiap turun ke bumi, ia terkejut mendengar ayah dan ibunya bersin beberapa kali. Penuh rasa cemas terhadap firasat itu, Luikng Ayakng ragu turun ke bumi. Lalu Kilip membujuk untuk segera berangkat. Sesampai mereka di luar pintu, bersin pula beberapa ekor anjing dan kucing. Maka bertambah yakinlah Luikng Ayakng bahwa dirinya akan ditimpa bahaya, terlebih sesampai mereka diluar, tiba-tiba hujan turun. Namun karena Kilip menjamin keselamatannya, berangkat jualah Luikng Ayakng turun ke bumi.Mereka turun ke bumi mengendarai Langkar Bulau (semacam perahu besar). Tak berapa lama mereka tiba di Lingau. Gegap gempita manusia menyambut kedatangan Luikng Ayakng penuh hormat. Lalu atas anjuran Kilip, Luikng Ayakng dipersilakan beristirahat di pondok, yang tersedia di tengah ladang. Namun saatia duduk melepaskan lelah, bangkitlah Peteh Tamen Jueh, Tokah Tamen Tohokng dari persembunyiannya dan menghentakkan mandau ke tubuh Luikng Ayakng.Seketika itu Luikng Ayakng menjerit seraya berkata, “Camkanlah wahai manusia, sebelum berangkat telah kujumpai firasat yang menyatakan aku akan mendapat marabahaya. Inilah pelajaran bagimu, agar kamu selalu memperhatikan semua firasat alam!”.Darah Luikng Ayakng berhamburan membasahi tanah ladang, aneka macam warnanya. Sejurus kemudian hujan turun amat lebat, petir bertalu menikam bumi, angin gemuruh mendera semesta, lalu gelap gulita meliputi semesta.
                                                                       
Sepemakan sirih lamanya hujan pun reda. Bumi terang seperti sediakala, dan di hamparan tanah ladang bertebaran segala jenis padi putih, merah dan hitam, pun jua pulut putih, merah dan hitam yang merupakan perwujudan darah Luikng Ayakng yang berwarna-warni.
Kilip segera memerintahkanAmaaq Aji mengumpulkan warga. Namun diluar dugaan, beberapa anak Amaaq Aji tidak nampak hadir. Lama dicari tak jua ketemu. Akhirnya setelah penat mencari, dari dalam hutan terdengar suara menyayat hati yang ternyata suara anak-anak Amaaq Aji.“Kami kelaparan, lalu masuk hutan mencari makanan. Tapi kami tak dapat kembali, sebab kami telah berubah menjadi pohon. Namun ketahuilah, pohon yang berasal dari diri kami, semua akan berguna bagi kamu sekalian”. Amaaq Aji tertegun iba hati. Sesaat senyap, lalu terdengar lagi suara, “Selanjutnya dan untuk seterusnya, bilamana malapetaka mengancam manusia, kumpulkan kami dan buatlah Sepatukng (patung berbentuk manusia),kami akan menjadi silih pengganti kalian menghadapi malapetaka itu!”.Pohon jelmaan anak-anak Amaaq Aji, dikenal dengan sebutan Lelutukng, Deraya, Teluyatn, Puutn Jeloq, yang dalam setiap ritual Tolak Bala digunakan sebagai bahan pembuat patung manusia.


Kemudian dalam rasa iba yang mendalam, terdengar suara gaib, “Sampai disinilah bantuanku. Saat ini adalah titik akhir aku memiliki padi. Maka menjadi kewajiban kekal bagimu untuk mendapatkan padi. Tetapi bila engkau senantiasa ingin mendapatkan yang berlimpah, hormatilah aku ketika kamu membuat ladang. Kini aku kembali ke Bawo Langit. Aku adalah Luikng Ayakng, tetapi aku yang bersama kalian adalah padi. Camkanlah hanya dengan perantaraan padi, manusia dapat berhubungan dengan negeri langit, karena padi adalah aku, Luikng Ayakng”

No comments:

Post a Comment